Selamat Jalan Rama Djono Wasono
Minggu siang, 2 Juni 2019 Keuskupan Agung Semarang
kehilangan seorang imam yang setia dan menghayati panggilan imamat sepenuh
hati. Rama Ignatius Djono Wasono Pr meninggal pada usia 75 tahun di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta.
KEHENDAK ALLAH: Mgr Rubiyatmoko
mengatakan bahwa Rama Djono senantiasa mencari kehendak Allah. (Foto: Warih)
|
PEMBERKATAN jenazah Rama Djono dipimpin
oleh Mgr Robertus Rubiyatmoko di Kapel Seminari Tinggi St Paulus Kentungan.
Dalam misa pemberkatan jenazah tersebut, Mgr Rubiyatmoko didampingi oleh Rektor
Seminari Tinggi St Paulus Rama Matheus Djoko Setyo Prakosa Pr, wakil dari Ketua
UNIO KAS Rama Antonius Dadang Hermawan Pr, staf Seminari Tinggi St. Paulus Rama
Matheus Purwatmo Pr, Rama Yusuf Winarto MSF (keponakan Rama Djono), Rama H
Subiyanto Pr (rekan angkatan tahbisan Rama Djono), dan Vikep DIY Rama Adrianus Maradiyo
Pr. Para rama yang hadir juga diminta untuk ikut berkonselebrasi. Turut hadir
pula Bapak Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, Mgr Julianus Sunarka SJ, dan Mgr
Blasius Pujaraharja.
Ketaatan dan kesetiaan Rama
Djono pada panggilan hidup imamat ditunjukkan sampai akhir hidupnya. Pada saat
meninggal Rama Djono telah mencapai usia 45 tahun imamat. Kesetiaan ini menjadi
teladan bagi para rama, khususnya rama yang masih berkarya di KAS.
“Selama 45 tahun menjadi imam
dijalaninya dengan sukacita penuh kegembiraan, juga penuh keseriusan; melalui
doa dan karya yang sangat nyata. Poin pertama yang akan kita angkat dalam
renungan kita kali ini, bahwa imamat merupakan panggilan cuma-cuma dari Allah
yang pantas untuk disyukuri terus menerus melalui karya-karya yang nyata. Dan
itupun perlu dilakukan dengan serius juga. Poin kedua, bahwa imamat itu
merupakan sebuah proses. Rama Djono mengatakan proses yang terus menerus
berjalan, becoming, menjadi, dan ia
menyadari betul kekurangan, kelemahan yang ada di sana sini. Maka di awal ia
mengatakan panggilan imamat ada up and
down-nya. Dan di akhir tulisannya pada tahun 1999 ia mengatakan mohon ampun
kepada Tuhan atas kekurangannya karena tidak mengikuti kehendak Allah, melainkan
mengikuti keinginan diri sendiri,” ujar Mgr Rubiyatmoko dalam homili.
Mgr Rubiyatmoko juga mengatakan
bahwa ia sengaja memilih bacaan-bacaan yang berkaitan dengan kegembalaan dari
Surat Pertama Santo Petrus dan Injil Santo Yohanes. Melalui Injil tersebut, Mgr
Rubiyatmoko mengajak seluruh umat untuk mendengarkan kehendak Allah. “Demikian
pula yang menjadi spiritualitas kehidupan Rama Djono Wasono selama hidupnya.
Bagi Dia hidup adalah mencari kehendak Allah,” ujar Monsinyur.
Seusai perayaan Ekaristi
pemberkatan jenazah, seluruh umat yang hadir diberi kesempatan untuk memberikan
penghormatan terakhir bagi Rama Djono dengan berdoa di samping peti jenazah. Dan
selanjutnya, jenazah Rama Djono dibawa dari Kapel Paulus Seminari Tinggi St
Paulus menuju pemakaman rama-rama praja
Keuskupan Agung Semarang yang terletak di kompleks seminari tinggi St Paulus.
Prosesi pemakaman dipimpin oleh Rama Matheus Purwatmo Pr dan diikuti oleh umat
dan para rama. # Monica Warih
PEMBERKATAN: Jenazah Rama Djono
diberkati dan didupai dalam Misa Requeim.
|
PEMAKAMAN: Rama Matheus Purwatmo
Pr memimpin upacara pemakaman di kompleks Seminari Tinggi.
|
Tidak ada komentar