Maria Rita Budi Lestari: Berkarya di Dunia Sunyi
HIDUP sendiri di dunia
sunyi. Itulah realita yang dihadapi oleh Maria Rita Budi Lestari. Sejak kedua orangtuanya menghadap Tuhan
tiga tahun lalu wanita lajang dengan sapaan Rita ini, tinggal
sendirian.
Untunglah, kesibukannya menjahit membuat
kesepiannya teralihkan. Selain itu, wanita kelahiran Semarang, 28 Januari 1979 ini aktif dalam
komunitas Ikatan Keluarga Katolik Tuna Rungu (IKATUR) dan ADECO (Alumni LPATR
Don Bosco dan Dena Upakara). Persaudaraan dengan sesama tuna rungu meneguhkannya untuk
berjuang.
Rita kehilangan pendengaran akibat demam tinggi kala
berusia dua tahun. Sejak saat itulah ia berkarib dengan kesunyian. Orangtuanya
lantas memasukkan Rita ke LPATR (Lembaga
Pendidikan Anak Tuna Rungu) Dena Upakara di Wonosobo.
“Para suster PMY, para guru di sekolah dan pengasuh di
asrama mendidik saya dan teman-teman agar bisa menjadi wanita tuna rungu yang
mandiri. Kami dibekali keterampilan dan kemampuan membaca bibir yang baik
sebagai landasan kami untuk bisa bermasyarakatm, selepas kami lulus dari Dena Upakara,” jelas umat Paroki St Yusuf
Gedangan Semarang ini.
Di balik keterbatasan Tuhan pasti memberi kelebihan.
Itulah yang disadari oleh Rita. Maka ia mengajak mereka yang memiliki
keterbatasan agar jangan malu atau minder sehingga mengurung diri di rumah saja. “Banggalah
atas talenta yang diberikan Tuhan, dan pergunakanlah talenta itu untuk melayani
Tuhan dan sesama, maka kita akan bahagia,” pesan pemilik modiste ‘Rita Budi L’
ini.
# Ivonne Suryanto
Tidak ada komentar