Apakah Sakramen Orang Sakit Bisa Mematahkan Black Magic?
Rama Luhur terkasih, beberapa waktu lalu saya mengikuti doa Sakramen
Pengurapan Orang Sakit bagi salah satu warga lingkungan yang sudah lansia. Si
kakek berumur 87 tahun ini sudah lama sakit tua. Dan saya dengar si kakek ini
mempunyai ‘pegangan’ sehingga masih hidup meski badannya tinggal tulang. Ketika
menyaksikan prosesi doa tersebut saya bertanya dalam hati: apakah Sakramen
Pengurapan Orang Sakit itu boleh dan bisa digunakan untuk mematahkan kuasa
black magic atau kuasa gelap atau yang mempunyai ‘pegangan’? Apakah sakramen
ini bisa dipakai untuk menyembuhkan orang yang kerasukan? Mohon penjelasan,
Rama. Berkah Dalem.
Petrus
Yogyakarta
SDR Petrus
yang bahagia, sehubungan dengan tema Sakramen Pengurapan Orang Sakit, kita
memperhatikan sejenak apa yang menjadi pengajaran dari Konsili Vatikan II,
yaitu menganjurkan agar sakramen pengurapan orang sakit tidak hanya diberikan
kepada seseorang yang sedang mengalami ajal, namun juga diberikan kepada siapa
saja yang mulai mengalami sakit berat dan mereka yang menderita kelemahan
karena usia lanjut. Dalam hal ini Gereja meneruskan tugas yang dipercayakan
oleh Yesus untuk menyembuhkan orang sakit, terutama kesembuhan rohani.
Sedangkan Katekismus Gereja Katolik mengikuti pengajaran Konsili
Vatikan II menegaskan bahwa urapan orang sakit tidak hanya diperuntukkan bagi
mereka yang di ambang kematian saja, tetapi misalnya ketika seseorang akan
menghadapi operasi besar, atau ketika baru mendapat diagnose penyakit tertentu
yang cukup serius, ataupun jika seseorang sudah usia lanjut. Dan jika setelah
menerima sakramen ini seseorang mengalami kesembuhan, ia bisa menerima sakramen
ini kembali jika mengalai sakit berat
lagi.
Adapun buah-buah Sakramen Pengurapan Orang Sakit antara lain : (1) Anugerah
khusus dari Roh Kudus yang berupa kekuatan, ketenangan, dan
kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan
penyakit tersebut ataupun kelemahan karena usia lanjut. Rahmat ini dapat
mendatangkan pengampunan dosa, menyembuhkan jiwa, dan dapat pula menyembuhkan
badan, jika hal tersebut sesuai dengan kehendak Allah. (2) Kekuatan dan
anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat lagi dengan sengsara Tuhan Yesus.
(3) Pengurapan dapat menghasilkan buah yang ganda, sebab yang menerima rahmat
tidak saja orang yang sakit, tetapi juga para anggota Gereja. (4) Urapan ini
merupakan persiapan untuk perjalanan terakhir terutama bagi mereka yang tengah
menghadapi ajal, sehingga orang yang sakit tidak berkecil hati dan tidak takut
menghadapi kematian.
Maka Sakramen Pengurapan Orang Sakit tidak pertama-tama dimaksudkan
untuk menghilangkan ‘pegangan’ atau menyembuhkan orang yang kerasukan, tetapi
mohon daya kekuatan Roh Kudus dan pengampunan dosa agar mengalami kesembuhan
rohani. Orang yang punya ‘pegangan’ yang berlawanan dengan kehendak Allah, jika
mau bertobat dan meninggalkannya, berkat Sakramen Pengurapan Orang Sakit ini ia
bisa terlepas dari ‘pengangan’-nya itu. Dan menurut ‘instruksi mengenai Doa
Penyembuhan’ oleh Kongregasi Ajaran Iman, Roma 14 September 2000, tujuan
Sakramen Pengurapan Orang Sakit ialah “penyembuhan dalam tubuh jiwa dan roh dan
dibebaskan dari semua kesedihan kelemahan dan penderitaan”. Dalam hal ini pasti
mencakup pembebasan dari kekuatan jahat atau kesurupan. Maka Sakramen ini boleh
diberikan kepada mereka. Namun bagi para imam tetap harus bersikap bijak dan
melakukan pembedaan roh, kendati Sakramen ini tidak termasuk dalam kategori
eksorsisme.
Selamat menjalani masa retret agung Prapaskah 2019 dan nantinya
merayakan Paskah dengan sukacita. Berkah Dalem. #
Tidak ada komentar