Mgr Rubiyatmoko Tahbiskan 19 Diakon
Mgr
Robertus Rubiyatmoko menahbiskan 19 frater menjadi diakon pada Jumat (25/1) di
Seminari Tinggi St Paulus Kentungan Yogyakarta. Ke-19 frater tersebut berasal
dari beberapa tarekat/kongregasi/diosesan.
Mereka adalah (4
frater Keuskupan Agung Semarang) Fr Bernardus Himawan, Fr Albertus Hesta Hana
Wijayanto, Fr Yoseph Didik Mardiyanto, dan Fr Kristoforus Rhesa Alem Pramudita;
(3 frater Keuskupan Purwokerto) Fr Fikalis Rendy Aktor, Fr Markus Juhas Irawan,
dan Fr Carolus Andi Kurniawanr; (3 frater Oblat Maria Imakulata [OMI]) Fr
Harmonangan Sidabalok OMI, Fr Carolus Adi Nugroho OMI, dan Fr Norbertus Soleman
OMI; (3 frater Sang Penebus Mahakudus [CSsR]) Fr Antonius Balla Nggadung CSsR,
Fr Angelino Noventus Rowa CSsR, dan Fr Nikolaus Lusi Uran CSsR; (2 frater Ordo
Karmel Tak Berkasut [OCD]) Fr Agus Joni Olivera OCD dan Fr Antonius Yohanes Boa
Toras OCD; (1 frater dari tarekat Misionaris Keluarga Kudus [MSF]) Fr
Fransiskus Asisi Eko Hadi Nugroho MSF; serta (3 frater Hati Kudus Yesus dan
Maria [SSCC]) Fr Thomas Waluyo SSCC, Fr Shenli Mario Angelo SSCC, dan Fr
Agustinus Triyanto SSCC.
Dalam
kesempatan tahbisan diakon kali ini, Mgr Rubiyatmoko didampingi oleh Mgr
Christoforus Tri Harsono (Uskup Keuskupan Purwokerto), Mgr Blasius Pujaraharjo,
Rama Matheus Djoko Setyo Prakosa Pr (Rektor Seminari Tinggi St Paulus Kentungan),
dan Rama Robertus Ndajang CSsR (Rektor kongregrasi CSsR).
Motto
tahbisan diakon yang diambil oleh ke-19 diakon tersebut adalah ‘Sebab, jika aku
lemah, maka aku kuat’. Motto yang diambil dari surat kedua Rasul Paulus kepada
jemaat di Korintus (2 Kor 12:10) ini menurut Diakon Bernard merupakan
penggambaran pribadi-pribadi frater yang akan ditahbiskan menjadi diakon.
“Selama
menjalani formatio, saya menyadari
banyak kelemahan dan kekurangan dalam diri saya. Tetapi justru dalam kelemahan
itu saya dikuatkan oleh kasih karunia Allah.” ujar Diakon Bernard menjelaskan
motto tahbisan diakon.
Mgr
Rubiyatmoko meneguhkan apa yang disampaikan oleh Diakon Bernard tersebut.
Menurutnya, hal pertama yang perlu ditegaskan adalah soal kesadaran diri. “Kesadaran
diri sebagai pribadi yang penuh dengan kekurangan, kelemahan, dan hal-hal yang
tidak berkenan pada Tuhan. Kesadaran diri dan merasa tidak pantas untuk
menerima rahmat tahbisan ini. Tetapi dibalik itu semua ada kesadaran lain yang
luar biasa yaitu kasih Allah yang luar biasa. Imamat atau panggilan bukanlah
prestasi perjuangan diri namun anugerah dan rahmat yang diberikan secara
cuma-cuma kepada manusia oleh Tuhan,” ujar Mgr Rubiyatmoko. # Monica Warih
Tidak ada komentar