Kupu-Kupu Malam yang Ingin Bertobat

Petra – Yogyakarta
Petra yang ikut prihatin,
limpah terima kasih untuk kesediaanmu membagikan pengalaman yang sedang
dihadapi oleh sahabat Mawar.
Setiap orang pasti
menginginkan kebahagiaan pribadi dan juga bersama keluarga. Salah satu tandanya
adalah kecukupan secara materi. Meski harus diakui bahwa kecukupan apalagi
kelimpahan materi tidak menjamin kebahagiaan 100%. Tapi itulah yang dikejar
orang. Konsekuensinya orang mau bekerja apapun demi hidup yang cukup atau pun
bisa membantu sanak keluarga lain yang berkekurangan.
Persoalannya sekarang
bukan pada mencari pekerjaan, tetapi pada jenis pekerjaan yang sedang digeluti
oleh sahabatmu sebagai ‘kupu-kupu malam’. Kupu-kupu malam adalah sebuah
perumpamaan yang menunjuk pada pekerjaan seseorang sebagai pekerja seks
komersial atau dulu sering disebut dengan label ‘wanita tuna susila’ atau
pelacur. Selain sebagai pekerjaan yang merendahkan martabat manusia, kebiasaan gonta-ganti
pasangan sangatlah potensial untuk mendatangkan penyakit berbahaya dan
dapat menghancurkan seluruh hidup.
Sahabatmu mengatakan,
ketika sendirian dia justru merasa jijik dengan dirinya. Ternyata di hatinya
masih ada perasaan dirinya kotor, bersalah bahkan berdosa. Ini pertanda bahwa
suara hatinya masih berfungsi baik. Bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Maka pantaslah bersyukur bahwa berfungsinya suara hati menjadi warning
atau peringatan untuk segera
berhenti sebagai kupu-kupu malam. Karena bila panggilan suara hati terus
menerus tidaklah diindahkan, maka dapat dipastikan bahwa peringatan suara
hatinya semakin melemah dan akhirnya menghilang. Lalu menganggap pekerjaan
tersebut sebagai hal biasa dan wajar dilakukan. Dan pada akhirnya sahabatmu
semakin tenggelam dalam pekerjaan hina tersebut.
Jalan keluar yang dapat diupayakan dalam
kondisi dilematis seperti ini yakni bersikap tegas, terutama tegas terhadap
diri sendiri. Pertama, usahakan untuk segera meninggalkan pekerjaan tersebut.
Kedua, bersikaplah realistis dengan kondisi ekonomi keluarga dan kebutuhan
dirinya. Tidaklah harus hidup mewah tetapi cukup dan bersyukurlah. Ketiga,
tetaplah membina suara hati yang baik dan benar agar setiap keputusan dan
tindakanmu mendatangkan kebahagiaan bagimu dan orang-orang terdekatmu. Berkah
Dalem! #
Tidak ada komentar