Anakku Takut Melihat Salib
Elizabeth Wahyu Margareth Indira, MPd, Psi.
Psikolog dan Praktisi Pendidikan Anak
Psikolog Pelangi Kasih-Yayasan Pangudi Luhur
Email: talenta.lpt@gmail.com
Website: www.talentasemarang.com
Pertanyaan:
Ibu Elizabeth yang terhormat, saya memiliki satu anak berusia 2,5 tahun,
Angela. Beberapa waktu yang lalu, tepatnya usai hari Jumat Agung, suami saya
bercerita kepada Angel tentang Yesus yang disalib dengan bahasa anak-anak.
Awalnya anak saya antusias, namun ketika anak bertanya tentang duri di kepala
dan dijawab bahwa itu adalah ‘duri yang menancap di kepala Yesus dan
mengeluarkan darah’, Angel saya mulai takut dan tidak mau mendengarkan lagi
cerita tersebut. Sejak saat itu bila ke gereja Angel tidak mau masuk ke dalam
gereja karena takut melihat salib di altar. Rupanya dia teringat akan cerita
ayahnya. Jadi bila ke gereja, kami selalu di teras gereja. Ayahnya sudah
mengakui kesalahannya kepada saya. Tapi persoalannya, bagaimana supaya Angel dapat
sembuh dari ‘trauma’ tersebut dan bagaimana solusinya? Terima kasih. Berkah
Dalem.
Magdalena – Surakarta
Jawaban:
Ibu Magdalena terkasih, takut terhadap benda
atau peristiwa tertentu adalah wajar. Orang dewasa pun mengalaminya. Namun saya
dapat memahami yang Ibu rasakan
menghadapi Ananda Angela yang takut melihat salib. Tentu tujuan suami
menceritakan kisah sengsara Yesus kepada Angela adalah baik. Namun yang terjadi
di luar perkiraan karena kemampuan Angela untuk memahami cerita tersebut
belumlah seperti orang dewasa.
Rasa takut merupakan salah satu bentuk dari
mekanisme pertahanan diri yang sangat alamiah. Kisah sengsara Yesus yang
didengar Angela terutama pada bagian ‘duri yang menancap di kepala Yesus dan mengeluarkan
darah’ ternyata menimbulkan kengerian pada Angela yang masih berusia 2,5 tahun.
Kemungkinan imajinasi yang berlebihan saat Angela menyerap informasi tersebut
sangat membekas dalam dirinya. Tentu saja rasa takut yang berlebihan akan berdampak
buruk terhadap perkembangan psikologis anak.
Menghadapi persoalan ini dibutuhkan kesabaran
dan waktu. Jangan memaksakan anak. Usia yang masih sangat dini tentu saja
membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Sebagai orangtua bereaksilah yang wajar.
Artinya jangan meremehkan namun juga jangan panik.
Saran saya, pertama, berikanlah penjelasan
pada Angela tentang arti ketakutan yang sebenarnya, dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh anak seusianya. Pahami rasa takutnya misalnya dengan tidak
memaksa Angela masuk ke dalam gereja untuk sementara waktu. Cobalah untuk
mengikutkan pada kegiatan sekolah minggu. Anda bahkan dapat meminta bantuan
guru sekolah minggu untuk melakukan pendekatan pada Angela untuk menghilangkan
rasa takut pada salib, misalnya dengan metode bercerita, menggunakan alat
peraga.
Kedua, ciptakan kondisi nyaman dan berilah
dukungan penuh untuk mengatasi rasa takut pada salib. Misalnya pada saat sedang
berdoa bersama keluarga, Anda dapat menggunakan kalimat, “Terima kasih Tuhan
Yesus karena Engkau sangat mengasihi kami bahkan rela disalib untuk menebus
dosa kami”. Beri pengertian pada Angela bahwa salib itu untuk mengingatkan kita
betapa Tuhan Yesus sangat mencintai dan mengasihi kita.
Ketiga, latih Angela untuk mengatasi rasa
takutnya secara bertahap dan jangan bosan untuk melakukannya. Memang dibutuhkan
kesabaran kita sebagai orangtua untuk mendamping anak yang mengalami ketakutan.
Beri pelukan atau gandeng tangannya saat Anda mulai mengajak Angela masuk ke
dalam gereja kembali. Semoga usaha Anda dapat berhasil. Berdoalah mohon
pertolongan Roh Kudus agar Angela dapat melewati masa ketakutan ini. Berkah
Dalem. #
Tidak ada komentar