dr Anastasia Niken Astuti SpKFR: Bahagia menjadi dokter

Sehari-hari dokter berpenampilan modis dan ramah
ini bekerja di Rumah Sakit Elizabeth (RSE) Semarang. “Sejak kecil saya memiliki
satu cita-cita yaitu menjadi dokter. Seperti anak kecil pada umumnya, saya
melihat sosok dokter adalah orang yang hebat dan dapat menjadi penolong dengan
menyembuhkan orang yang sakit,” kenang lulusan Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang ini. Namun, seiring waktu
bergulir, ibu seorang putri ini menyadari tugas dokter tak hanya menyembuhkan
pasien saja. Misalnya, mengadakan pelayanan kesehatan ke daerah terpencil,
melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Seorang dokter harus mampu berperan
juga sebagai sahabat bagi pasien dan keluarganya.
Setelah lulus dokter, bungsu dari dua bersaudara
ini menjalani masa PTT di RS Emanuel Banjarnegara selama 3 tahun lalu kembali
ke Semarang dan bekerja di RS St Elisabeth Semarang sampai saat ini. Dokter
yang suka memasak, menyanyi, dan berenang ini lalu melanjutkan studi sepesialis
di Universitas Diponegoro Semarang.
Dengan ilmu yang dimilikinya, dokter berambut
pendek ini mampu menolong orang-orang yang dikasihinya. “Di lingkungan keluarga
saya banyak orang–orang yang perlu mendapatkan rehabilitasi medik, ayah saya
penderita stroke, suami saya penderita penyakit chiari malformation yang sudah dioperasi dan keponakan saya
merupakan anak dengan berkebutuhan khusus. Saya bersyukur Tuhan Yesus menuntun
saya menjadi seorang dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi. Inilah
karunia Tuhan yang saya syukuri setiap harinya,” ujar dokter kelahiran Cianjur,
Jawa Barat, 1 Maret 1980 ini.
Dokter yang terlibat aktif dalam Tim persiapan
perkawinan (TPP) Paroki St Paulus Sendangguwo, Semarang ini kerap menjumpai
pasien dengan penyakit stroke, palsi serebral, osteoarthritis dan low back
Pain. Sedangkan penyakit Spinal Cord Injury atau Cedera Tulang
Belakang, kata dr Niken, adalah sakit yang cukup rumit dan butuh penanganan
yang komprehensif dan kesabaran tinggi.
Tak ada yang lebih membahagiakan bagi pengagum
Bunda Theresa dari Kalkuta ini saat pasien atau keluarganya tersenyum dan
berkata bahwa sakitnya bisa sembuh dengan perawatan yang ia berikan. Namun
dokter yang kerap berdoa pribadi di kapel RSE, menyadari ia hanyalah sarana
Tuhan menyembuhkan sesama. “Saya hanyalah perpanjangan tangan Tuhan untuk
menyembuhkan sesama. Saya bahagia menjadi seorang dokter dan berusaha mengasihi
semua pasien tanpa membeda-bedakan,” tutupnya. # Ivonne Suryanto
Hai dokter cantik kenalan dongg...! You're blessed ;)
BalasHapus