Menikah, Sembuhkah Homoseksual?
Rama Yeremias terhormat, saya pria Katolik 35 tahun. Saya ingin
menikah dengan teman dekat sekantor, wanita 28 tahun yang sudah saya kenal 2
tahun. Sebut saja A. Namun saya ragu, karena saya punya kecenderungan mencintai
sesama jenis. Dua kali saya gagal berpacaran dengan lawan jenis karena saya
tidak bisa sepenuhnya mencintainya. Dengan teman sekantor ini saya bisa
mencintainya, dan berharap perkawinan ini bisa menyembuhkan kecenderungan saya mencintai sesama jenis. Tentang hal ini saya
belum bercerita kepada si A. Saya takut si A tidak bisa menerima saya. Apakah
harapan dan sikap saya itu benar, Rama? Mohon nasihatnya.
Gerardus-Surakarta
Gerardus
yang galau, terima kasih untuk kesediaan dan terlebih lagi keberanianmu
menyampaikan persoalan yang tengah kauhadapi dalam ruang konsultasi ini.
Siapapun
yang hendak membangun hidup perkawinan dan keluarga, pasti mengharapkan agar
perkawinannya langgeng dan bahagia. Apalagi sebagai seorang Katolik pasti
menghendaki agar perkawinannya adalah satu kali dan untuk selamanya (once
and forever). Namun demikian cita-cita dan harapan ini tidak selalu mudah
dicapai. Salah satu sikap dasar yang diperlukan untuk kelanggengan hidup
perkawinan adalah kejujuran dan kebenaran.
Kedua
belah pihak harus memiliki kejujuran dan kebenaran. Dalam hal ini, Anda perlu
jujur dan benar terhadap diri sendiri: apa dan siapa Anda serta jujur dan benar
kepada pasangan. Hal ini akan memberikan rasa aman dan kepastian bagi diri Anda
dan pasangan. Dengan demikian tidak ada ruang dusta di antara Anda dan
pasangan.
Selain
itu, Anda perlu memiliki keberanian untuk mengatakan apa adanya kepada
pasangan. Dalam hal ini Anda harus mengatakan siapa diri Anda sesungguhnya,
yang mempunyai kecenderungan untuk mencintai sesama jenis dan lawan jenis.
Dalam
psikologi, kecenderungan itu disebut homoseksual, ketika Anda tertarik secara
emosional dan seksual kepada orang berjenis kelamin atau gender sama. Tetapi
Anda juga dapat disebut seorang biseksual karena selain tertarik dengan sesama
jenis kelamin, Anda juga tertarik kepada lawan jenis atau heteroseksual. Di
satu sisi, kondisi psikologis Anda ini memang tidak menghambat dan menghalangi
Anda untuk menikah karena Anda juga seorang heteroseksual, tetapi disisi lain
Anda juga punya kecenderungan homoseksual yang berpotensi menyebabkan pasangan
Anda frustrasi dan tidak bahagia karena penyimpangan seksual tersebut.
Kitab
Suci menghendaki agar pria dan wanita membentuk suatu persekutuan hidup
pribadi-pribadi yang ditandai pula dengan kemampuan memberi diri seutuhnya
secara seksual. Kemudian Tuhan memberkati pria dan wanita ini serta mengundang
mereka ikut serta dalam karya penciptaan manusia baru (co-creator). Jelaslah
bahwa perkawinan yang dikehendaki Tuhan adalah perkawinan seorang yang
benar-benar laki-laki dan seorang yang benar-benar perempuan.
Dengan
masih adanya kecenderungan homoseksual dalam dirimu, baiklah Gerardus
berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mendeteksi tingkat
penyimpangan seksual ini dan jalan solusi kearah penyembuhannya. Dengan bekal
kesembuhan diri dari kecenderungan homoseksual, Anda benar-benar siap secara
fisik, psikis dan rohani memasuki perkawinan.
Dengan
demikian Anda dan pasangan akan lebih tenang menjalani hidup perkawinan. Saya
ikut berdoa untuk keberanian dan kejujuranmu. Berkah Dalem! #
Tidak ada komentar