Buku Kenangan Tahbisan Mgr. Robertus Rubiyatmoko
Kamis, 18 Mei 2017
Salve Agung
“... hari ini diumumkan untuk Umat Allah Keuskupan Agung Semarang: `Bapa Suci Fransiskus, telah memilih Rama Robertus Rubiyatmoko Pr (Vikaris Yudisial Keuskupan Agung Semarang), menjadi Uskup Agung Semarang."
Sabtu, 18 Maret 2017, pukul 18.00 WIB (pukul 12.00 waktu
Roma) Rama FX Sukendar Wignyosumarta Pr, menyampaikan berita terbaru yang
mengejutkan sekaligus menggembirakan:
"Atas mandat Nuncio Apostolik untuk Indonesia, Uskup
Agung Antonio Filipazzi, hari ini diumumkan untuk Umat Allah Keuskupan Agung
Semarang: 'Bapa Suci Fransiskus, telah memilih Rama Robertus Rubiyatmoko Pr
(Vikaris Vudisial Keuskupan Agung Semarang), menjadi Uskup Agung
Semarang."
Inilah berita yang ditunggu-tunggu oleh umat Keuskupan Agung
Semarang lebih dari satu tengah tahun, sejak kepergian mendiang Mgr. Johannes
Pujasumarta, pada 10 November 2015.
Kabar gembira ini pun begitu cepat tersebar dan menjadi
viral di media sosial. Umat se-Keuskupan Agung Semarang dan seluruh umat
Katolik Indonesia merasa sangat bergembira.
Sebuah Kisah di balik
Kabar Gembira
Sabtu, 4 Maret 2017, pukul 19.11 WIB, sebuah pesan singkat
masuk ke gadget Rama Rubiyatmoko dari Duta Besar Vatikan (Nuncio Apostolik)
untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi. "I need to meet you ASAP'.
Spontan hati dosen Moral dan Hukum Gereja Fakultas Teologi Wedabhakti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini, bergejolak kuat sekali. Ada perasaan
gelisah, tercekam ketakutan dan kekuatiran, kalau undang-an ini berarti
penunjukan menjadi seorang Uskup.
"Sejak tanggal 4 sampai dengan tanggal 10 Maret 2017,
saat saya bertemu dengan Nuncio, saya selalu berdoa: Tuhan, singkirkan cawan
ini dari padaku; dan jangan sampai kekuatiran dan ketakutanku ini menjadi
kenyataan," ucap beliau.
Karena berbagai kesibukan, imam kelahiran 10 Oktaber 1963
ini baru bisa memenuhi panggilan Nuncio pada had Jumat, 10 Maret 2017.
"Paus Fransiskus memilih Anda menjadi Uskup Keuskupan
Agung Semarang," kata Mgr Antonio Guido Filipazzi kepada beliau. Bagai
disambar petir, spontan Rama Rubi menjawab, "Questo the io non
voglio" (Ini yang saya tidak mau). la merasa sangat tercekam dan tidak
mempunyai daya kekuatan. Sebagal orang hukum, ia sadar betul makna penunjukan
ini, apalagi ketika Nuncio menyatakan bahwa ini bukan sebuah pilihan.
"Sebagai seorang manusia yang memiliki banyak
kekurangan, ketidakmampuan, dan kelemahan, saya menyadari ketidakpantasan diri saya untuk mengemban perutusan yang sangat agung dan mulia ini," ucapnya.
Rama Rubi memohon izin untuk berdoa dan berdiskresi di
hadapan Tuhan Yesus yang tersalib dan bersemayam dalam Tabernakel di Kapel
Nunciatura. Selama lebih dari satu jam ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan.
"Tuhan, kalau Engkau memang meng-hendaki hamba-Mu ini
menjadi gembala umat-Mu. buatlah hamba-Mu ini berserah pada kehendak-Mu dan
berilah hamba-Mu ini kebijaksanaan, kerendahan hati, dan semangat untuk
melayani demi keselamatan kawanan-Mu." Doa ini diulanginya berkali-kali,
sebelum akhirnya:
- demi ketaatan suci - saya menyatakan bersedia menerima
penunjukan sebagai Uskup Agung Semarang oleh Bapa Suci, Paus Fransiskus.
Sejam berlalu. Rama Rubi menghadap Nuncio. Duta Besar
Vatikan ini berkata, "Kalau Tuhan menghendaki, kita tidak bisa berbuat
apa-apa. kecuali hanya berserah diri kepada Dia." Kata-kata Nuncio ini
meneguhkannya.
Demi meneguhkan hatinya, Rama Rubi menelepon Mgr Ignatius
Suharyo.
Uskup Keuskupan Agung Jakarta itu menyatakan nderek bingah
(turut bahagia) dan mengatakan,"Rumiyen kola sakniki jenengan. Pun mlampah
mawon, ngeli mawon. (Dulu saya, sekarang Anda. Sudah dijalani saja. mengalir
saja)."
Keteguhan dan kemantapan untuk menerima panggilan sebagai
Uskup Agung semalon kuat is rasakan setelah menjalani revel dalam bimbingan
Bapa Kardinal Julius Darmaatmadja Si. pada tanggal 3 sampai dengan 8 April 2017
di Girisonta. Dalam pendampingannya, beliau dibantu untuk mengenali dan
mengamini kehendak Tuhan alas dirinya. "Ini adalah kah pertama saya
mengalami kelegaan dan kegembiraan sejak menerima berita panggilan itu,"
ujarnya dengan tersenyum lebar.
"Si Kumis yang dulu biasa menggembalakan bebek dan kambing dengan mengenakan caping gunung, sekarang menjadi gembala umat,"
Salve Agung
Uskup Agung Emeritus Keuskupan Agung Jakarta Julius Kardinal
Darmaatmadja SJ yang pernah menjadi gembala utama di KAS memimpin Salve Agung
dalam rangkaian acara pentahbisan Uskup Agung KAS ter-pilih. Beliau mengawali
homilinya dengan menceritakan kisah Samuel (bdk. 1Sam 16:1-13) yang harus
memilih satu dari delapan anak laki-laki Isai untuk diurapi sebagai raja. Selanjutnya klik disini
Menunggu janji sang uskup utk kasus skandal sang Romo
BalasHapus