Nikah, Dijodohkan, atau Cari Sendiri?
Rama Yeremias terhormat, saya
berusia 27 tahun. Saya dilema harus patuh kepada keluarga (orangtua) atau
pilihan saya sendiri. Keluarga saya memiliki keluarga karib di kampung halaman.
Sejak remaja saya sudah dijodohkan dengan anak keluarga karib, sebut saja A.
Hubungan saya dengan A sangat akrab. Namun ketika saya sudah kuliah dan bekerja
di luar kota dengan ketemu banyak teman, saya pun sadar bahwa saya tidak
mencintai A. Apalagi saat ini saya telah mencintai orang lain. Namun saya
khawatir, jika hal ini saya sampai kepada keluarga saya, orangtua pasti marah besar; apalagi saya sampaikan
kepada orangtua si A, yang kebetulan ibunya sedang sakit keras. Saya tidak tega
melihat situasi ini. Di sisi lain, saya tidak mau dijodohkan. Mohon nasehat Rama.
Valentino-Yogyakarta
Valentino yang sedang
dilema, saya bisa merasakan kegalauan yang sedang kaualami. Ada dua tawaran
pilihan: pilihan orangtua atau pilihan sendiri. Sebagai seorang anak yang
berbakti, tentu pilihan orangtua perlu dipertimbangkan. Namun, sebagai seorang
pribadi dewasa mandiri yang akan menjalani kehidupan berkeluarga maka pilihan
sendiri hendaknya tidak boleh dikesampingkan.
Kata orang, sekarang kita
hidup di ‘zaman now’, zaman modern yang ditandai dengan penggunaan
teknologi komunikasi canggih dan terbuka. Maka kisah perjodohan ala Siti
Nurbaya tentunya bukan zamannya lagi. Akan tetapi pada kenyataannya ada
juga anak muda entah pria atau wanita yang dengan setia menantikan sang calon pasangan
sesuai pilihan orangtua.
Apakah ini salah dan
keliru? Tunggu dulu! Tidak ada orangtua yang hendak menjerumuskan anaknya ke
jurang kesengsaraan. Bilamana orangtua memilihkan jodoh bagi anaknya tentunya
mempunyai pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya: sang calon berasal dari keluarga
baik-baik, hubungan dengan keluarganya juga sudah akrab. Dengan keakraban dan kedekatan yang sudah
terjalin baik antara kedua keluarga menjadi salah satu faktor kuat untuk terhindar
dari potensi pertengkaran dan permusuhan di kemudian hari. Selain itu, karena orangtua yang memilihkan,
maka sudah pasti orangtua merestui 100%; dan restu orangtua tentunya sangat
diharapkan oleh anak yang hendak menikah.
Bagaimana dengan jodoh
pilihan sendiri? Zaman Siti Nurbaya sudah berlalu, sekarang zaman now,
zaman dimana orang lebih bebas menentukan arah hidup, cita-cita, pekerjaan
dan juga pendampingnya. Karena sang calon adalah pilihan sendiri, maka pastilah
sudah mengetahui segala sifat baik maupun buruknya. Dengan demikian mudah pula
untuk penyesuaian diri. Singkatnya, anda yang memilih sendiri maka haruslah
konsekwen dan bertanggung jawab atas pilihannya dan tidak dapat menyalahkan
siapapun kelak.
Jodoh
atas pilihan orangtua dan jodoh atas pilihan sendiri ada segi positif dan
negatifnya. Valentino yang harus mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang
bebas dan mantap. Keputusan pribadi yang telah diambil entah opsi ortu atau
opsi Anda sendiri baiklah dikomunikasikan dengan orangtua secara baik. Dengan
komunikasi terbuka dan jujur, saya berharap orangtua dapat memahami apapun
keputusanmu. Bilamana Anda masih merasa ragu membicarakan hal itu dengan
orangtua, cobalah meminta bantuan anggota kerabat dekat untuk menyampaikan
keputusanmu kepada orangtua. Semoga perjodohanmu ini akan mendapatkan happy
ending. Saya turut mendoakanmu. Berkah Dalem! #
Tidak ada komentar