GURU GALAU
Elizabeth Wahyu Margareth Indira, M.Pd.,Psi.
Psikolog dan Praktisi Pendidikan Anak
Psikolog Pelangi Kasih-Yayasan Pangudi Luhur
Email: talenta.lpt@gmail.com
Website: www.talentasemarang.com
Pertanyaan:
Sudah lama saya ingin berkonsultasi di rubrik ini. Apalagi setelah tahu
Bu Indira pernah menjadi guru TK dan menangani anak-anak yang berkebutuhan
khusus. Semoga Ibu bisa membantu memberikan masukan untuk saya. Saya sendiri
juga sudah 3 tahun menjadi guru TK. Saya menjalani profesi ini dengan sukacita
dan saya juga mau terus belajar untuk dapat mendidik dengan baik. Namun yang
membuat saya galau adalah sejak tahun ajaran baru kemarin saya mendapat seorang
murid yang menunjukkan ciri-ciri autis. Usianya sudah 5 tahun namun belum mampu
berbicara dengan jelas, suka berkeliling kelas, senang dengan benda yang
berputar, ia lebih suka menyendiri, tidak mau mengerjakan tugas yang
mengharuskan menggunakan lem dengan jarinya, seperti jijik bila disuruh bermain
finger painting. Oleh Ibunya hanya dibilang anaknya terlambat berbicara bukan
autis. Karena perilaku murid saya tersebut di kelas sering mengganggu, maka
banyak orangtua yang protes. Pertanyaan saya apa yang sebaiknya harus saya
lakukan agar orangtua anak tersebut menyadari kondisi anaknya dan bagaimana
cara menghadapi protes dari orangtua lainnya?
Lydia H – Semarang
Jawaban:
Bu
Lydia yang saya banggakan, saya salut dengan kepedulian Ibu terhadap semua
murid tanpa terkecuali. Saya dapat merasakan kegalauan yang Ibu alami saat
menghadapi orangtua dan keinginan untuk memberi yang terbaik bagi murid yang
Tuhan percayakan untuk Ibu didik.
Sebagai
guru memang sudah seharusnya Ibu mengetahui tentang deteksi dini anak
berkebutuhan khusus. Guru, apalagi di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini perlu
mengetahui ciri-ciri dan jenis kebutuhan khusus yang dimiliki anak. Hal ini
dikarenakan bila semakin dini kita mengetahui bahwa ada anak yang berkebutuhan
khusus dan segera mencari solusi untuk membantu mengoptimalkan kemampuan yang
ada, maka hasilnya akan jauh lebih baik.
Namun
yang harus Ibu Lydia ingat sebagai guru adalah Anda tidak berhak untuk
memberikan diagnosa, karena hanya profesi seperti psikolog, psikiater anak yang
dapat memberikan diagnosa setelah melalui serangkaian asesmen.
Maka
langkah pertama yang sebaiknya Ibu Lydia lakukan adalah bicarakan kondisi anak
di sekolah kepada orangtua. Dibutuhkan kemampuan berempati pada orangtua
apalagi bila orangtua masih menyangkal tentang keadaan anaknya. Sampaikan
perilaku apa saja yang biasanya muncul di sekolah tanpa memberikan asumsi dan jangan
menghakimi.
Kedua,
sarankan orangtua untuk berkonsultasi dengan ahlinya misalnya psikolog,
psikiater anak atau dokter tumbuh kembang anak. Ketiga sampaikan bahwa Anda
siap untuk bekerja sama dengan orangtua dan diskusikan apa saja yang dapat
dilakukan guru di kelas untuk membantu mengarahkan perilaku anak dan mengoptimalkan
seluruh potensinya.
Sikap penerimaan dan kesiapan untuk bekerjasama
dengan orangtua sangat diperlukan sehingga orangtua pun tidak menjadi khawatir
ada penolakan dari pihak sekolah. Ibu juga perlu memberikan pengertian kepada
orangtua lainnya yang merasa terganggu dengan keberadaan murid berkebutuhan
khusus. Beri pengertian bahwa semua orangtua tentu menginginkan anaknya tumbuh
sebagaimana mestinya. Namun tak dapat dipungkiri bahwa ada juga anak yang lahir
dengan pertumbuhan yang terhambat. Bila bukan kita yang mau peduli, lalu siapa
yang mau memperhatikan mereka? Berkah Dalem. #
Tidak ada komentar