Kegundahan Istri Mantan Narapidana
Elizabeth Wahyu Margareth Indira, M.Pd.,Psi.
Psikolog dan Praktisi Pendidikan Anak
Psikolog Pelangi Kasih-Yayasan Pangudi Luhur
Email: talenta.lpt@gmail.com
Website: www.psikologisemarang.com
Membaca Majalah Salam Damai tentang pastoral penjara membuat saya
memberanikan diri untuk menulis pertanyaan di rubrik
Konsultasi Anak yang diasuh Bu Ira. Suami saya adalah
seorang mantan narapidana dan sudah bebas sejak tiga tahun yang lalu. Kami
memiliki 3 orang anak. Putri sulung sudah SMP kelas IX, putri kedua kelas 6 SD
dan putri bungsu kelas 4 SD. Memang saat ini mereka tahu bahwa ayahnya mantan
narapidana, namun mereka memahami kondisi ini dan
menerima kembali ayahnya. Namun saya mulai khawatir dengan putri pertama saya yang menginjak
remaja, karena ia sering murung dan ketika saya tanya sebenarnya ia malu sering
diejek teman sekolahnya. Bahkan SMA nanti ia minta untuk sekolah di luar kota
saja untuk meghindari diejek temannya. Sebaiknya apa yang harus saya lakukan
sebagai ibu untuk mendampingi anak-anak agar mereka tidak terganggu
psikologisnya dengan status anak mantan narapidana?
Agnes – Semarang
Jawaban:
Bu
Agnes yang terkasih, pengalaman Anda sebagai istri dan ibu
yang memiliki kepala keluarga seorang mantan narapidana tentu membawa banyak
kisah dalam hidup keluarga Ibu. Saya salut dengan Ibu Agnes yang menerima
kembali suami dan menyiapkan serta mendampingi ketiga putri,
sehingga mereka mau menerima ayahnya. Namun tidak bisa dipungkiri kita tinggal
dalam lingkungan masyarakat dan keluarga besar yang belum tentu semuanya
menerima keberadaan mantan narapidana.
Saat
ini yang mulai nampak pengaruhnya pada putri sulung yang sudah memasuki usia
remaja. Bukan hal yang mudah bagi remaja yang mulai lebih banyak berinteraksi
dengan teman dan seringkali konsep dirinya banyak dipengaruhi oleh apa kata
teman. Saya yakin Ibu dan suami pasti bila mendampingi anak-anak untuk dapat
melewati fase ini dengan baik asalkan ada keterbukaan dan rekonsiliasi.
Pertama, sebagai orangtua perlu
kita meminta maaf pada anak akan kenyataan bahwa salah satu dari orangtuanya
pernah menjadi narapidana. Sanksi hukum memang sudah selesai dilalui, tapi
sanksi
sosial masih harus ditanggung. Bahkan harus ditanggung pula oleh orang-orang
yang kita cintai.
Kedua, sebagai manusia Anda
dan keluarga tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri, tapi memang harus
mengandalkan Tuhan. Artinya, tidak tidak bisa mengubah keadaan yang sudah
terjadi namun belajarlah untuk dapat berdamai dengan keadaan yang ada. Misalnya,
dengan memperkuat keimanan keluarga dengan doa dan baca Alkitab
bersama keluarga, membangun mesbah keluarga.
Ketiga, pahami perasaan remaja
putri Anda
dan bicara dari hati ke hati. Dengarkan dengan penuh empati perasaan yang ia
alami. Pendampingan dari kedua orangtua sangat diperlukan agar ia tidak
mengalami luka batin. Bukan hal mudah namun bila kita mau pasti ada bagian dari
rencana Tuhan untuk keluarga Anda yang indah. Ajarkan pada anak untuk
menerima pengalaman kurang menyenangkan dimana ia merasa lemah, diejek, dijauhi
teman untuk menjadikan ia semakin dekat dengan Tuhan.
Keempat, dorong anak untuk membuktikan
dengan kegiatan yang positif bahwa anak Anda berharga dan bisa
berprestasi. Lihatlah setiap anak sebagai individu yang berharga di mata Tuhan dan
di mata orangtua. Beri pemahaman bahwa Tuhan memberikan kesempatan dimana kita
merasa tak berdaya namun Tuhan akan memakainya menjadi sebuah kekuatan untuk
memuliakan nama Tuhan.
Semoga Bu Agnes bersama keluarga dapat melewati
masa ini dengan penuh keyakinan bahwa Anda sekeluarga akan dikuatkan satu sama lain.
Sehingga anak tidak lari dari masalah dengan mencoba sekolah di luar kota.
Karena toh hal ini belum menjadi jaminan bahwa lingkungan teman anak tidak akan
mengejek. Hal yang lebih penting adalah bagaimana dari dalam diri masing-masing
anggota keluarga menerima dan berdamai dengan keadaan saat ini. Lalu buktikan
bahwa menjadi keluarga mantan narapidana bukan suatu aib,
namun justru Anda sekeluarga bisa tunjukkan bahwa Tuhan sedang
memproses dan memakai keluarga Anda untuk kemuliaannya. #
Tidak ada komentar