Dari Bahan Apakah Abu dalam Rabu Abu?
Yth Rama Luhur terkasih, bulan
Maret-April 2017 ini kita memasuki masa Prapaskah. Sebagai orang Katolik, saya
ingin tahu lebih perihal sejarah pemakaian abu dalam hari Rabu Abu. Pertanyaan
saya, kapan penggunaan abu dipakai dalam Gereja Katolik? Lalu atas dasar apa
penentuan Rabu Abu itu dilaksanakan? Dan mengapa waktunya selalu berubah-ubah
(tidak seperti hari natal)? Dari apakah abu yang digunakan dalam Rabu Abu?
Apakah boleh dari bahan sembarang, jika bahan yang dimaksud tidak ada? Terima
kasih atas pencerahan Rama. Berkah Dalem.
Agustinus -
Ambarawa
![]() |
Pembakaran daun palma. (Ilustrasi) |
Sdr
Agustinus dan para pembaca SALAM DAMAI yang terkasih. Pada tanggal 1 Maret 2017
ini, seturut kalender liturgi Gereja Katolik, kita memasuki Masa Prapaskah yang
ditandai dengan perayaan hari Rabu Abu. Dan menjelang Masa Prapaskah ini ada
pertanyaan yang masuk ke redaksi SALAM DAMAI terkait dengan Rabu Abu.
Penggunaan
abu dalam konteks ibadat maupun konteks kehidupan berbangsa sudah terjadi sejak
zaman Perjanjian Lama, itu artinya sebelum tahun masehi. Misalnya dalam kitab
Ayub, Ayub menyatakan sesalnya dengan duduk dalam debu dan abu (Ayub 42:6).
Dalam nubuatnya tentang penawanan Yerusalem ke Babel, Daniel (sekitar 550 SM)
menulis, “Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan
bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu” (Daniel 9:3).
Yesus
sendiri juga menyinggung soal penggunaan abu dalam Injil Mateus, “Seandainya
mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan
Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian
kabung dan abu” (Mat 11:21).
Akhirnya
dalam Tradisi Gereja Katolik Roma, abu dipergunakan untuk menandai permulaan
Masa Prapaskah dengan perayaan Rabu Abu. Pada hari Rabu Abu, abu diberkati dan ditaburkan
di atas kepala atau dioleskan pada dahi dengan tanda salib, atau di dahi.
Ketika imam mengoleskan abu ia mengatakan, “Ingat engkau berasal dari debu dan
akan kembali menjadi debu” (Kej 3:19) atau “Bertobatlah dan percayalah kepada
Injil”.
Penentuan
awal Masa Prapaskah berubah-ubah tanggalnya tetapi tetap harinya yakni hari
Rabu. Sebab yang menjadi pathokan perayaan Rabu Abu adalah Hari Minggu Paskah.
Dari hari Minggu Paskah tersebut ditarik ke belakang sejumlah 40 hari (tidak
termasuk hari Minggu karena Hari Minggu adalah hari Kebangkitan).
Abu
yang dipergunakan adalah abu yang berasal dari daun-daun palma yang telah
diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya serta yang telah dibakar
dan abunya diberkati pada perayaan hari Rabu Abu. Setidak-tidaknya sejak abad
pertengahan, Gereja telah mempergunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat
Prapaskah. Dengan abu, kita diingatkan akan ketidakabadian kita serta perlunya
menyesali dosa-dosa kita.
Sampai
sekarang, ketentuan yang berlaku tentang abu adalah yang berasal dari daun
palma yang sudah diberkati pada hari Minggu Palma tahun sebelumnya. Belum ada
ketentuan lain untuk menggantikan bahan abu selain daun palma.
Semoga
abu yang kita terima pada hari Rabu Abu, menghantar kita kepada pertobatan yang
sejati menuju sukacita kebangkitan Kristus. Berkah Dalem. #
Tidak ada komentar